SAKSI POHON

Disekanya sekali lagi,
kulit kayu tergurat kata.
Dua nama satu janji,
Teringat ia pada cincin rumput,
yang ia berikan sebelum senja terlanjur tiba.
Namun senja berganti hari,
dan bulan berganti tahun.
Dan janji pada gurat kayu,
Tak pernah jadi akad.

Disekanya sekali lagi,
Kulit kayu tergurat kata.
Meledak sudah air mata,
Kala matahari tergelincir di ujung asa.

PRASANGKA

Sepagi ini,
Kulihat lipatan Origami di wajahmu.
Sedang khayalku mulai merajut prasangka: Menerjemahkan setiap gerak didalam senyum.
Ya diam. Aku diam. Namun diammu buatku tak bisa terdiam.
Pertemuan, bagimu, seperti bersembunyi dalam bayang-bayang fitnah.
Namun sejujurnya, aku tetap sah jadi milikmu di dunia apapun.